19 Mei 2017

Ramadhan Bulannya Bapak Sosiologi

SHARE
Di bulan suci inilah tokoh besar dan banyak berjasa dalam berbagai bidang ilmu ( khususnya ekonomi dan sosiologi) itu lahir. Pada bulan itu pula tokoh tersebut wafat. Bulan Ramadhan sudah berjalan kurang lebih separuh jalan. Apakah kita bisa mengambil hikmah dan anugerah yang Allah Ta’a’la limpahkan untuk mahkluknya dengan amalan-amalan shalih. Sehingga harapan memperoleh insan bertaqwa akan kita dapatkan bagi kita semua. Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat menambah pengetahuan kita dengan mengadiri majelis-majelis ilmu yang akan semakin banyak digelar, membaca buku-buku yang bermanfaat, dan menyimak kisah-kisah tokoh terdahulu yang penuh keteladanan, khususnya yang mempunya ikatan dengan bulan Ramadhan.

Salah satu tokoh yang memiliki keterkaitan erat dengan bulan suci Ramadhan adalah Syaikh Waliyudin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al-Hasan, yang lebih kita kenal dengan Ibnu Khaldun. Bapak ilmu sosial dunia yang sangat lekat dengan Ramadhan, sebab di bulan kesembilan dalam kalender Hijriah ia lahir dan wafat. Ibnu Khaldun, yang terkenal dengan Muqaddimah-nya, adalah keturunan sahabat Rasulullah SAW yang bernama Wail bin Hujr dari Kabilah Kindan. Lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 M.

Sejak masih kecil ia sudah hafal Al-Quran. Dalam semua pelajaran yang digeletinya ia selalu mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari guru-gurunya. Namun sayang studinya berhenti tatkala penyakit pes melanda afrika pada tahun 749 H, yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ibnu Khaldun pun berhijrah ke Maroko, dilanjutkan ke Mesir. Dalam usia yang masih remaja, tulisana-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana dan menarik perhatian banyak ulama pada zamannya. Sebagai tokoh berilmu, ia pernah menjadi pejabat pentind di Fes, Granada,  dan Afrika Utara, serta pernah menjadi guru besar d Universitas Al-Azhar, Kairo, yang didirikan pada zaman Dinasti Fathimiyyah.

Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang menumental hingga saat ini. Selain sebagai ahli politik dan sosiologi Islam, ia juga di kenal sebagai bapak ekonomi Islam. Karena pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis. Teori-teori besar yang dikemukakannya jauh sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukkan teori-teori ekonominya. Tidak mengherankan, pemikiranya yang cemerlang memberikan pengaruh besar bagi cendekiawan Timur dan Barat, baik muslim maupun non muslim. Nama dan karya Ibnu Khaldun harum dan dikenal di berbagai belahan dunia.

Berkah Dipenjara
Ada tiga periode kehidupan yang bisa kita lihat, meski riwayat hidupnya sangat panjang dan terlalu lama untuk diceritakan secara lengkap.

Periode Pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Periode Kedua, ketika ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjadi qadhi al-qudhat (hakim tertinggi) sebuah posisi penting kenegaraan. Pada fase itu Ibnu Khaldun juga pernah dijebloskan ke penjara akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya.

Sekeluarnya dari penjara, dimulailah periode ketiga dimana kehidupan Ibnu Khaldun dipuncak kejayaan yang sesungguhnya. Ia mencurhakan seluruh hidupnya di bidang penelitian dan penulisan, dan ia pun melengkapi serta merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab Al-‘Ibar (tujuh jilid) yang ia revisi dan tambahi beberapa bab baru. Nama kitab itu pun ditambah, menjadi Al-‘Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharakum min Dzawis Sulthan al-Akbar.

Pada tahun 1863 De Slane menerjemahkan dan menerbitkan kitab tersebut kedalam bahasa Prancis, dengan judul Les Prolegomenes d’ Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat 27 tahun kemudian, tahun 1890, ketika pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog Jeran dan Austria yang memberikan pencerahan bagi sosiologi modern. Dalam Muqaddimah (pendahuluan) kitab tersebut menjadi fenomenal dan populer, yang belakangan banyak diterbitkan secara terpisah dalam berbagai bahasa sebagai rujukan terpenting ilmu sosial.

Di sini Ibnu Khaldun menganalisa apa yang disebut “gejala-gejala sosial” dengan metode-metodenya yang sangat logis. Dalam bab kedua dan ketiga, misalnya Ibnu Khaldun mengulas gejala-gejala yang membedakan masyarakat primitif dan masyarakat modern dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik dimasyarakat. Sementara pada bab ke empat dan kelima, ia menerangkan ihwal ekonomi dalam individu, bermasyarakat, maupun negara. Dan pada bab ke enam tentang pedagogi, ilmu, pengetahuan, serta alat-alatnya.

Sebuah karya di abad ke-14 yang sungguh mengagumkan dimana mengulas lengkap tentang hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu, dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah. Di usia 74 tahun menjalani kehidupan dengan ilmu pengetahuan, pada 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M Ibnu Khaldun kembali ke haribaan sang pencipta Allah SWT di Kairo, Mesir. Hingga kini jejak keilmuan ulama multidisipin itu terus dikenang dan pelajari para sosiolog dunia.


Sumber : Alkisah No. 20/22 Sept. -5 Okt. 2008
SHARE

Admin :

Website Resmi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama yang dikelola oleh Pengurus NU Care - Lazisnu Desa Banglarangan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Email : lazisnubanglarangan@gmail.com

0 Comments: