21 November 2023

Kisah Seru Diklatsar Banser Asal Banglarangan

Kisah Seru Diklatsar Banser Asal Banglarangan

 


LAZISNUBANGLARANGAN.OR.ID – Senin (20/11/23) Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Desa Banglarangan “Tombot Ati” dalam kegiatan rutinan yang biasa diselenggarakan setiap malam selasa dalam dua minggu sekali ini sedikit berbeda dari biasanya. Hal ini disebabkan cerita pengalaman oleh salah seorang sahabat peserta DIKLATSAR Banser. 

Pada tanggal 17-19 November Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor desa Banglarangan mengirimkan enam orang anggotanya untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar Banser) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Ampelgading melalui Satuan Koordinasi Rayon Banser Kecamatan Ampelgading di desa Karangtalok.

Baca Juga : Penetapan Hari Jadi Kabupaten Pemalang

Sahabat Riyan Rusmono bercerita mulai dari penunjukan beliau sebagai ketua regu atau ketua kelas, momen-momen diklatsar menjadi kenangan yang tak terlupakan. Dimana pada siang hari menerima materi dan malam terakhir prosesi pembaitan diklatsar. Pak Rus biasa sapaan beliau bercerita bahwa saat malam terakhir peserta disuruh istiharat, ternyata selang waktu lima menit dibangunkan untuk berkumpul dilapangan. Karna tidak ada persiapan dari peserta khusunya pak Rus tidak kesampaian menggunakan sepatu sehingga disuruh push up. 

Peserta Diklatsar harus berjalan satu persatu menyusuri arah yang sudah ditentukan oleh panitia guna pengambilan baret.  Melewati pematang sawah yang dan memasuki area pemakaman desa setempat pak rus diminta untuk mencari tali dimana kondisi gelap gulita sehingga tidak jarang sebelum ketemu tali tangan menyentuh tengok/papan nisan makam. Banyak hal yang terjadi selama proses diklatsar, kejadian lucu yang menghibur yang tidak akan terlupakan. Selain pak Rus peserta dari Banglarangan diantaranya, sahabat Rokhani, M. Aris Suwandi, Wahadi, Tarjono, Karyoto.

 

Sumber : Pengalaman peserta Diklatsar Bpk Riyan Rusmono

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Pemalang

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Pemalang

Dari 5 (lima) alternatif yang diajukan Tim UGM Yogyakarta, setelah diadakan seminar Hari Jadi Kabupaten Pemalang yang diselenggarakan pada tanggal 23 September 1994 yang dihadiri oleh Tokoh masyarakat, Kyai/Ulama Budayawan dan lain sebagainya menyarakan sebagai berikut :

1.    Banyak peran Pemalang dalam perjuangan bangsa sehingga Hari Jadi Pemalang diambil dari tokoh yang dapat menjadi teladan dan legendaries di Pemalang;
2.    Pemalang telah lama tumbu dan berkembang dengan ditandai peninggalan Megalitik sehingga Hari Jadi Kabupaten Pemalang hendaknya diambil dari tahun yang tua. Namun karena keterbatasan berbagai informasi terutama yang tertulis, maka setidak-tidaknya diambilkan tahun yang lebih tua dari Kabupaten Tegal/Kodya Tegal dan Kabupaten Brebes. Karena keberadaan Kabupaten Tegal lebih muda dari Kabupaten Pemalang yaitu tanggal 18 Mei 1601 Masehi, untuk Kodya Tegal 12 April 1580 Masehi sedangkan Kabupaten Brebes 18 Januari 1678 Masehi.

Baca Juga : Makna Lambang Kabupaten Pemalang

Atas dasar tersebut di atas, tahu 1575 diusulkan menjadi dasar tahun keberadaan Kabupaten Pemalang. Dari perhitungan Tim UGM Yogyakarta, bila diambil tahun 1575 maka bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1575 Masehi hari Kamis Kliwon 1 Syawal 1496 Je atau 982 Hijriyah. Namun oleh Sdr. Nakadar Slamet Soeharso (ahli penanggalan dari Tegal) 22 Januari 1575 bertepatan dengan hari Selasa Pon buka hari Kamis Kliwon, kalau harinya kamis kliwon bertepatan dengan 1 syawal 1496 Je atau 982 Hijriyah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, sesepuh Pemalang antara lain R.M Nadi dari Desa Kecepit kecamatan Randudongkal memberi wawasan agar harisnya diambil hari Kamis Kliwon, tanggal 24 Januari 1575 Masehi. Tim Pemalang, tokoh masyarakat, kyai/ulama dan Budayawan setuju mengenai hal itu sedangkan Tim UGM Yogyakarta menyerahkan kepada masyarakat Pemalang sendiri yang menggunakannya.

Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1996 berhasil ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Pemalang No. 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang dengan dinyatakan sebagai berikut :

“HARI JADI KABUPATEN PEMALANG DITETAPKAN PADA TANGGAL 24 JANUARI 1575 MASEHI BERTEPATAN DENGAN HARI KAMIS KLIWON 1 SYAWAL 1496 JE ANOO JAWANE 982 HIJRIYAH”

Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo “LUNGUDING SABDO WANGSITING GUSTI” yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan / sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan Tahun 1946 je diwujudkan dengan Candra Sengkala “TAWAKAL AMBUKO WAHANANING MANUNGGAL” yang mempunyai arti harfiah “berserah diri, membuka, sarana / wadah / alat untuk, persatuan / menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.

Adapun sebagai Sesanti Kabupaten Pemalang adalah : “PANCASILA KALOKA PAANDUNING NAGARI” dengan arti harfiah : lima dasar, termashur / terkenal, pedoman / bimbingan, negara / daerah dengan mempunyai nilai 5751. Untuk memberikan daya dorong (motivasi) bagi masyarakat Kabupaten Pemalang dalam melaksanakan pembangunan telah ditetapkan MOTTO PEMBANGUNAN dalam Perda Kabupaten Dati II Pemalang No. 11 Tahun 1990 dinyatakan “ Motto Pembangunan Kabupaten Pemalang adalah IKHLAS”.

Ikhlas mengandung arti bahwa seluruh warga Kabupaten Pemalang dengan tulus hati, dengan hati bersih tanpa pamrih dan selalu percaya kepada kebesaran dan kemurahan Allah Tuhan Yang Kuasa serta berserah diri kepadanya (Lillahi Ta’ala) dalam melaksanakan pembangunan. Kecuali mengandung pengertian tersebut, ikhlas juga merupakan singkatan (akronimnya) dari kata-kata : Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar Aman dan Sehat yang masing-masing, syarat dengan kandungan arti yang sangat positif bagi pembangunan di Kabupaten Pemalang. 

Baik Perda No. 11 Tahun 1990 maupun Perda No. 9 Tahun 1996 keduanya telah diundangankan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Pemalang No. 6 tanggal 5 Maret 1991 Seri D No. 5 dan No. 9 tanggal 27 Desember 1996 seri D No. 9. Dengan demikian telah mempunyai kekuatan Hukum yang pasti dan bersifat mengikat.
Dari bahan keterangan yang dapat dihimpun Tim Khusus, disimpulkan sebagai berikut :

a.    Pejabat yang memerintah Kabupaten Pemalang pada tahun 1575 Masehi adalah Djinogo Hanjokro Koesoemo bergelar Daroel Ambjah.
b.   Pejabat yang melantik Daroel Ambjah (Djinogo Hanjokro Koesoemo) adalah Pangerah Probo Koesomo bergelar Praboe Anom.
c.    Pada sekita tahun 1575 terjadi peralihan masyarakat Hindu ke masyarakat Islam dengan masuknya agama Islam di Pemalang. Ditandai dengan pergantian pejabat/pimpinanKabupaten Pemalang dari Pangeran Probo Koesoemo kepada Djinogo Hanjokro Koesoemo. Peralihan kekuasaan dengan damai, tenteram tidak terjadi pergolakan.
d.    Letak Ibukota Kabupaten Pemalang pada tahun 1575 M berada di sekitar SMA Negeri 3 (SPG Lama), gedung Kridanggo dan Swalayan Pemalang Permai (disebelah timur Alun-alun Kota Pemalang saat ini.


Sumber : Riwayat/Sejarah Pemalang. Digandakan oleh Bagian Pemerintahan Setda Kab. Pemalang tahun 2004

07 November 2023

Makna Lambang Kabupaten Pemalang

Makna Lambang Kabupaten Pemalang

 
 
Sebagian besar Warga Kabupaten Pemalang tentu sudah paham dengan lambang daerahnya. Namun hanya sedikit yang mengerti arti lambang daerah tersebut. Lambang Kabupaten Pemalang terdiri dari lambang berbentuk kurdi-pertala segi lima, bintang, pengapit lambang, nama daerah dan lampu pedalangan. Kelima bagian tersebut disusun sedemikian rupa hingga nama daerah terletak diantara daun lambang dengan lampu blencong /  pedalangan, kesemuannya ada didalam perisai wadah.

Berdasarkan ketetapan DPRD Gotong Royong Kabupaten Pemalang tertanggal 1 Juni 1968 tentang Penetapan Bentuk dan Arti Lambang Daerah Kabupaten Pemalang, Lambang Daerah Kabupaten Pemalang mempunyai arti tersendiri. Bentuk Kurdi-Pertala (Kendi dari tanah) berbentuk dasar segilima, melambangkan dasar falsafah negara, yaitu Pancasila. Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan kepercayaan rakyat Kabupaten Pemalang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kubah berwarna biru melambangkan keimanan dan ketaqwaan rakyat Pemalang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bambu Runcing melambangkan kepahlawanan dan kesatriaan rakyat Pemalang. Gunung (Gunung Slamet) adalah suatu ciri yang khusus bagi Kabupaten Pemalang karena gunung slamet meruapakan satu-satunya gunung di Pemalang. Pegunungan (bentuk benteng atau tangga-tangga) melambangkan keadaan alamaiah daerah Pemalang. Di dalamnya terkandung hasil-hasil hutan antara lain glagah arjuna, jati dan pohon pinus sebagai komoditi ekspor. Garis horizontal berwarna putih melambangkan batas antara daerah datar dan pegunungan.

Baca Juga : Ziaroh Rutin GP Ansor Banglarangan (Tombo Ati)

Pohon beringin melambangkan suatu pengayoman dari Pemerintah Daerah terhadap rakyatnya. Dua lidah api yang berpadu dengan Bambu Runcing yang merupakan satu rangkaian tunggal melambangkan kepahlawanan dalam mempertahankan Bumi Pertiwi dari Imperialisme /  kolonialisme. Dua Bilah Keris dengan bentuk yang sama besarnya dengan ujung ke atas melambangkan kesatriaan patriot-patriot Pemalang dalam sejarah perjuangan, serta menggambarkan peninggalan sejarah kebudayaan yang tinggi. Dua pusaka tersebut (Kyai Sitapak dan Kyai Simonglang) yang sama besarnya memancar melalui sebelah bawah membelok ke atas di belakang dengan lidah api merah menyala ke atas dengan  pesisir kuning.

Berarti rakyat Pemalang selalu mempunyai semangat perjuangan yang menyala-nyala. Layar Perahu melambangkan kemudi alam dengan sifat terpimpin dalam arus gelombang yang mencoba menggulingkan “Struggle for life” namun layar tetap tegak berkembang melawan hempasan gelombang dan derunya angin yang meniup kencang. Perahu melambangkan sifat-sifat kebahariawan. Merupakan kejayaan di lautan yang dimiliki rakyat Pemalang. Laut Bergelombang (tiga buah) melambangkan bahwa sifat rakyat Pemalang selalu bergerak maju mengikuti program Pemerintah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Arus laut suatu saat tenang dan bergelombang di saat lain, mencerminkan watak rakyat Pemalang yang selalu tenang dan bergerak dalam sejarah perjuangan. Padi dan Kapas melambangkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Perpaduan dari bintang, padi dan kapas melambangkan hari depan rakyat Pemalang dalam menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan Pancasila. Jumlah kapas 17 (tujuh belas) buah, Api yang berlidah 8 (delapan), dan Padi berbulir 45 (empat puluh lima) melambangkan hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Sedangkan Blencong (lampu pedalangan) melambangkan keindahan seni dan budaya terutama dengan motif Wayang Kulit ataupun dengan motif Gajah Mada sekaligus merupakan penerangan dan penyebaran agama.

Lambang Daerah Kabupaten Pemalang diciptakan oleh Waluyo, mantan Kasubbag Umum Setwan. Sebelumnya pada tahun 1967-1969 ketika dirinya mengikuti Pendidikan Keuangan P3KM DepKeu di Semarang, mendapat edaran tentang lomba logo Kabupaten Pemalang. Merasa tertarik kemudian mengirimkan 2 (dua) gambar. Rupanya dia tidak sendiri, 65 (enam puluh lima) orang peserta mulai mendaftar. Setelah diambil lima finalis, akhirnya ia terpilih sebagai pemenangnya.


Sumber : Riwayat/Sejarah Pemalang. Digandakan oleh Bagian Pemerintahan Setda Kab. Pemalang tahun 2004

Ziaroh Rutin GP Ansor Banglarangan (Tombo Ati)

Ziaroh Rutin GP Ansor Banglarangan (Tombo Ati)


LAZISNUBANGLARANGAN.OR.ID  – Senin ( 6/11/23) Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP)  Ansor Desa Banglarangan mengadakan ziaroh Aulia. Ziaroh Aulia ini menjadi agenda rutin Ansor Banglarangan (Tombo Ati), selain untuk memotivasi semangat khidmat pada NU, ziarah juga menjadi tawasul untuk mendoakan para ahli kubur (orang tua, saudara) dll.

Ziaroh yang tidak pada umumnya ini menggunakan sepeda motor dari masing-masing anggota. Berangkat dari Masjid Baitussalam pukul delapan menuju pemakaman umum Banglarangan. Dengan tujuan, Mbah Abdul Wahid Sesepuh Banglarangan,  Mbah Sholeh Al-Madyani Kebagusan, dan yang ke tiga Mbah Dimyati Kedawung Comal. Mbah Ky Abdul Wahid adalah pembawa risalah Islam pertama di desa Banglarangan.

Baca Juga : Giat Rutin Koin NU Banglarangan

Tujuan pertama ziaroh Ansor Banglarangan, menurut cerita Mbah ky Abdul Wahid seorang pendatang dari Pacing Pekalongan. Pada abad 18  beliau diperkiran datang ke Banglarangan bersama Istri yang bernama Salamah dari Tangkil Pekalongan.  Sejarah singkat beliu bisa dibaca Babad Islam di Desa Banglarangan. Dengan dipimpin Ustad Ali Romadhon untuk membaca tahlil dan doa yang secara khusus diikuti oleh anggota. 

Perjalanan dilanjutkan ke makam Al Maghfurllah Mbah Haji Sholeh Almadyani Desa Kebagusan setelah dirasa cukup rombongan melanjutkan ke makah Mbah KH Dimyati Comal. Usai ziaroh rombongan mampir ke warung nasi goreng comal untuk sekedar bercanda dan bersantap malam.


05 November 2023

Giat Rutin Koin NU Banglarangan

Giat Rutin Koin NU Banglarangan

Banglarangan – Unit Pengelola Zakat Infaq dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZIZNU) Desa Banglarangantadi malam tanggal 4/10/23 bertempat di sekretariat bersama NU Banglarangan rutin melaksanakan rapat bulanan dan penghitungan koin NU.

Kegiatan tersebut di Komandoi langsung oleh Ketua UPZIZNU Desa Banglarangan sahabat Giyarto, S.Pd, beserta pengurus-pengurus yang lain. Dalam kesempatan tersebut sahabat Giyarto menyampaikan ‘Allhamdulillah rapat rutin bulanan istikomah berjalan. Pembahasan situasi terkini masyarakat (fakir miskin) dilingkungan, evaluasi bulanan dan rencana kerja bulanan.

 

Baca Juga :  Pelacakan Hari Jadi Kabupaten Pemalang

Dilaporkan dalam kesempatan tersebut penghitungan koin NU mencapai  tiga juta dua ratus enam puluh dua ribu rupiah sudah dipotong ppn untuk petugas (3.262.000), dalam satu bulan. Pada bulan oktober 2023 kemarin fakir miskin khusus lansia (Silahkan Baca) menerima pentasyarufan hasil dari koin NU tersebut. Koin NU yang terkumpul setiap bulannya digunakan untuk berbagai sektor kebutuhan masyarakat seperti di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, dan agama (meninggal dunia).

Bagi masyarakat luas atau desa Banglarangan khusunya yang ingin berdonasi ataupu berzakat ke LAZISNU Banglarangan juga bisa menyalurkan melalui rekening berikut : Rekening 0069-0100-8347-537 an Nur Syamsiyah (Bendahara Lazisnu Banglarangan), semoga koin NU dari toples maupun kotak yang dititipkan ke warga semakin bermanfaat untuk umat aamiin-aamiin ya Robbal Alamin. (Media Center Lazisnu Banglarangan)