01 September 2017

Lima Perkara Sebelum Datang Lima Perkara

SHARE
Ungkapan “Sedia payung sebelum hujan” nasehat orang tua jaman dulu. Maksudnya, jika kita akan bepergian di musim penghujan, meskipun saat itu hari cuaca Nampak cerah, janganlah lupa membawa payung. Bisa jadi ditengah jalan cuaca yang semula cerah ceria mendadak mendung dan turun hujan. Jika payung disediakan, meskipun hujan kita tetap akan terlindung dan tetap dapat melanjutkan perjalanan sampai ke tujuan.

Rasulullah SAW juga sudah memberikan nasehat demikian dan dapat di jadikan pegangan dalam menempuh hidup yang merupakan perjuangan ini. Nasehat dari Baginda Nabi sekaligus menunjukkan sifat leadership (kepemimpinan) yang melihat jauh ke masa depan. Rasulullah SAW menasehatkan kepada ummatnya agar selalu siap untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain yang merupakan kebalikannya.
Inti dari nasehat tersebut  : pergunakan sebaik-baiknya waktu muda sebelum tua, gunakan kekayaan sebelum datang  kemiskinan, gunakan kesehatan sebelum datang sakit, gunakanlah waktu ada kesempatan sebelum datang kesempitan, dan gunakanlah hidup sebelum datang kematian.

Kesempatan Sebelum Kesempitan
Hidup didunia, ibarat menempuh perjalanan jauh, ada kalanya menempuh jalan datar dan ada kalanya pula menempuh jalan terjal berliku-liku serta berbahaya. Ada masa susah, ada pula masa senang. Ada kalanya terbuka kesempatan, ada kalanya pula terbentur jalan buntu. Susah senang memang merupakan pakaian hidup didunia ini. Namun ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah kesempatan dan kesempitan ini.

Pertama : Ada orang yang selalu mampu memanfaatkan kesempatan (dalam arti yang baik) pada suatu peristiwa tertentu. Padahal kesempatan sedemikian itu hanya muncul sewaktu-waktu dan sebentar saja.

Kedua : Berusaha menciptakan peluang atau kesempatan ditengah-tengah kesempitan. Banyak orang yang masih mengerjakah hal-hal yang menguntungkan walaupun ia telah memikul beban pekerjaan yang berat. Hal ini bisa ia lakukan karena setiap perkerjaan dilakukannya dengan penuh keikhlasan dan relax. Tetapi lebih banyak orang yang selalu berat-berat, dan merasa selalu sibuk, meskipun sebenarnya pekerjaannya biasa-biasa saja dan prestasinyapun tidak menonjol.

Kedua macam kesempatan seperti diatas, harus dipergunakan, dan jangan sampai menunggu datangnya kesempitan yang akan memberikan rasa kecewa karena waktu sudah tidak tersedia lagi.

Sehat Sebelum Sakit
Kesehatan amat penting artinya bagi kehidupan kita semua. Meskipun kekayaan melimpah ruah, kedudukan tinggi, pengetahuan cukup, dan kelebihan apapun lainnya, akan tetapi bila badan selalu sakit-sakitan, semua itu tadi tak dapat dimanfaatkan secara efektif. Oleh karena itu ahli kesehatan menasihatkan bahwa mencegah penyakit lebih baik dari pada mengobati. Rasulullah SAW senantiasa memperhatikan kesehatan.

Dalam salah satu Hadits Beliau menyatakan bahwa sumber penyakit terletak dalam perut besar, hal mana sesuai dengan pendapat para ahli kesehatan modern. Mengenai kesehatan dan makanan beliau menasehatkan dalam satu hadits yang terkenal, “Kami adalah satu kaum yang tidak makan sebelum lapar. Dan jika kami makan, tidak terlalu kenyang”. Bagi orang yang sedang mengidap penyakit barulah dapat menyadari bahwa betapa besarnya harga kesehatan. Dengan kesehatan yang prima, kita dapat melakukan berbagai amal perbuatan yang baik disamping ibadah dengan nyaman.

Waktu Muda Sebelum Tua
Tidak sedikit orang tua yang menyesali hidupnya dengan mengatakan, misalnya : “Jika diwaktu muda saya berhemat, atau mau belajar giat, atau tidak menyia-yiakan waktu… tentulah hidup saya tidak seperti sekarang ini”. Sikap jiwa mengeluh atau menyesal diri, mengeluh atau bahkan putus asa, jelas tidak dapat dibenarkan oleh agama. Seperti pepatah, “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna”. Oleh karena itu yang lebih penting, terutama bagi para pemuda adalah standar akan kepemudaannya serta memanfaatkan masa muda untuk mempersiapkan diri untuk masa depan.

Memang sering kali anak muda berpendapat bahwa masa muda itu tidak akan terjadi dua kali. Oleh karena itu mumpung masih muda waktu dihabiskan untuk menikmati kelezatan hidup sepuas-puasnya. Sikap mental pemuda yang demikian ini mengakibatkan pemuda yang terjun “mereguk kenikmatan hidup duniawi” tanpa peduli merusak badan, merusak nama, merusak pikiran dan lain sebagainya, bahkan akhirnya menghisap narkoba atau sejenisnya. Jika ada anak-anak muda yang tekun belajar, malah diejek.

Katanya, ia akan menjadi sarjana dan kemudian menjadi penganggur. Mereka yang rajin ketempat ibadah, mendengarkan pengajian atau mengdalami agama dengan diskusi misalnya, dikatakan sok alim. Soal ibadah atau melakukan amal kebijakan, bagi anak-anak seperti ini dianggap tidak penting, atau sesudah tua saja nanti dikerjakan. Mana kala sudah bungkuk, batuk-batuk dan bertobat, barulah perlu pegang tasbih dan pergi ke masjid, kata mereka mengejek. Syukurlah hal ini hanya pendapat sebagian kecil saja dari anak-anak muda, sedangkan selebihnya yang lain mempergunakan waktu mudanya dengan hal-hal yang positif untuk meraih masa depannya.

Kaya Sebelum Miskin
Pasang naik surut dalam hidup senantiasa dialami setiap orang. Kekayaan yang dikumpulkan dengan susah payah, tidak mustahil dapat lenyap dalam hitungan menit bahkan hitungan detik, semisal ditimpa banjir, kebakaran, dicuri orang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, selagi kekayaan masih ada ditangan perlu diperhatikan untuk apa harta dibelanjakan. Adakah sedikit kita telah menyisihkannya untuk amal jariyah, untuk menyumbang pembangunan berbagai sarana pendidikan, tempat ibadah, membantu anak yatim, fakir miskin dan lain sebagainya.

Sebab, apa bila harta sudah terlanjur lenyap, padahal kita belum menunaikan amal barang sedikitpun akan rugi dan menyesallah kita. Itulah sebabnya Rasulullah mengingatkna kita semua agar mempergunakan saat kaya sebelum datang saat miskin. Dalam Sabda Beliau yang lain, Beliau menasehatkan agar manusia dapat hidup qanaah, yaitu dapat bersikap mencukupkan sekedar yang ada dan menerimanya dengan ridha.

Hidup Sebelum Mati

Hidup didunia ini hanyalah sebentar saja, ibarat Bahasa jawa “mampir ngomber”, sesuai dengan makana kata dunia yang berarti dekat. Rasulullah SAW pernah mengibaratkan hidup didunia ini laksana istirahat sebentar di bawah pohon yang rindang bagi para musafir yang sedang berjalan diterik matahari. Jika berbagai macam penyakit pada zaman modern ini telah dapat ditemukan obatnya, maka penyakit tua dan mati inilah yang mustahil ditemukan obatnya.

Masa depan manusia yang amat pasti, satu-satunya adalah mati. Jantung, hati, ginjal dapat diganti atau disambung, akan tetapi ruh tidak dapat “ditekniki”. Dalam Al-Quran Allah SWT menegaskan : “Apa bila sudah datang ajal, maka ajal itu tak dapat di undur atau diajukan sesaatpun” (Al Al’raf : 4). “Dimana saja kamu berada niscaya maut akan mendatangi, biarpun kamu berlindung dalam benteng yang kuat”. (An Nisa : 78). Walaupun pada umumnya maut datang pada saat seseorang sudah berusia lanjut, tetapi dia juga mendatangi mereka yang berusia muda, bahkan mereka yang masih anak-anak.

Boleh jadi, hari ini si Fulan ikut mengantar jenajah kekubur, dan besok pagi jenazah si Fulan pula yang diantarkan orang ketempat peristirahatan terakhirnya. Oleh karena maut datang pada saat yang rahasia kendati ia pasti datang, maka berbahagialah mereka yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang telah pasti itu, dengan bekal amal dan ibadah. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa : “Jika meninggal anak Adam, terpotonglah seluruh amalnya, kecuali tiga hal. Amal/Shodaqoh Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”.



Sumber : Majalah Krida. Drs. Slamet Sutrisno Edisi 171
SHARE

Admin :

Website Resmi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama yang dikelola oleh Pengurus NU Care - Lazisnu Desa Banglarangan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Email : lazisnubanglarangan@gmail.com

0 Comments: