Manusia sebagai makhluk Allah dikaruniai beberapa macam nafsu antara lain : Nafsu luamah, nafsu supiah, nafsu amarah dan sebagainya. Tujuan diberikan nafsu adalah supaya manusia dapat lebih maju, karena tanpa adanya nafsu manusia tidak akan maju. Yang tidak benar dan perlu dikendalikan adalah bila nafsu ini meningkat menjadi hawa nafsu, terutama nafsu amarah.
Hawa Nafsu Amarah dan Akibatnya :
Imam Al Ghozali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumudin mengklasifikasikan amarah menjadi empat, yaitu :
Orang Yang Lekas Marah Tetapi Lekas Padam/Cepat Selesai Marahnya.
Orang yang lekas marah ini disebabkan oleh beberapa macam faktor diantaranya faktor keturunan/faktor lingkungan keluarga, misalnya ayah sering marah kepada istrinya sehingga anak-anak sering meniru orang tuanya sehingga kalau ia mempunyai adik akan marah juga kepada adiknya, serta faktor makan sebagai contoh makan yang pedas, yang merangasang untuk selalu marah.
Tipe orang lekas marah tetapi lekas padam ini biasanya tidak pendemdam. Yang menjadi korban adalah orang yang dimarahi dan jumlahnya banyak lebih-lebih pimpinan unit organisasi, anak buah selalu menjadi takut lebih-lebih kalau marahnya pimpinan ini dimuka umum. Sakit hati dan dendam tersebut akan selalu sulit dilupakan, walaupun pimpinan yang marah sudah lupa bahwa ia pernah marah. Akibat pimpinan yang lekas marah selain anak buah menjadi dendam juga menimbulkan sikap munafik dan sifat “ ngatok” dengan akibat yang bersangkutan akan berbuat “asal bapak senang” (ABS).
Orang Lambat Marah Tetapi Lambat Padam/Lambat Sekali.
Disini justru timbul akibat yang kebalikan pada tipe diatas.
Orang yang lambat marah lambat selesai hatinya akan selalu panas dan biasanya menimbulkan “Sentimen” yang berkepanjangan. Bagi seorang pimpinan sifat lambat marah, tapi lambat padam menimbulkan ketidak obyektifan dalam penilaian terhadap anak buah, dalam pepatah jawa “Ora kena tinindak layangane”.
Lekas Marah Tetapi Lambat Selesai.
Tipe ini adalah tipe yang paling jelek/tidak baik, sebab korbannya kedua belah pihak yaitu korban diri sendiri karena sering marah sehingga mengeluarkan energi tanpa arti. Korban kedua adalah yang dimarahi akan banyak jumlahnya. Akibat akhir pimpinan demikian, bersifat “Sentimentil” dan sering kehilangan nalar untuk menilai keobyektifan terhadap anak buah.
Lambat Marah Tetapi Cepat Selesai.
Diantara ketiga tipe marah, tipe yang terakhir inilah yang paling baik, sebab korban yang dimarahi sedikit, keculai itu tidak mempunyai sifat sentimen sehingga bisa menggunakan ratio, menilai pekerjaan anak buah menjadi objektif. Tipe ini akan selalu dihormati dan disegani, berwibawa sehingga anak buah tidak menjadi munafik, pimpinanpun tidak panas hatinya yang berkepanjangan.
Pengendalian Amarah
Pengendalian sikap amarah ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain :
Melatih Sikap Mental dan Memperdalam Agama.
Sebelum marah, seseorang atau pimpinan, sebaiknya menyelidiki apa latar belakang kesalahan anak buah atau orang lain tersebut, juga hendaknya berfikir apakah marah itu akan menyelesaikan masalah atau tidak. Bila amarah ini tidak menyelesaikan masalah sebaiknya pimpinan segera berfikir bahwa marah itu mengeluarkan energi “tersenyumpun mengeluarkan energi”.
Sama-sama mengeluarkan energi alangkah bermanfaatnya bila energi marah dipakai untuk tersenyum saja. Hendaklah selalu ingat dalam bahasa Jawa ada ungkapan “esem Bupati dupak kuli” yang artinya kalau sesuatu dapat diselesaikan dengan tersenyum, mengapa harus diselesaikan dengan menendang/marah.
Jadilah Orang Pemaaf.
Sebaiknya menusia sadar bahwa Allah yang menciptakan manusia saja mempunyai sifat pemaaf dan pengampun. Bila mana kita telusuri banyak ayat Al-Quran, dimana Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjadi pemaaf antara lain dalam surat Al Baqoroh : 235 yang mengatakan :”Allah Maha pengampun lagi penyayang ; Juga dalam surat Al-Baqoroh ayat 237 : “Dan pemaaf kami itu lebih dekat kepada taqwa”. An Nur ayat 22 : “Hendaklah merenak memaafkan dan lapang dada”.
Tehnik Pengendalian Nafsu Amarah.
Seseorang atau pimpinan yang akan marah sebaiknya segera menarik nafas yang panjang dan menyebut nama Allah disertai dengan meminum air putih, mengurangi makan-makanan yang bersifat merangsang, pedas, sebab makan pedas akan merangsang manusia untuk segera marah.
Sifat pemarah tentunya akan sangat merugikan diri sendiri karna energi hanya terkuras disamping itu pula orang disamping kita yang seharusnya kita jaga perasaan agar dalam bekerja dan berteman bertahan. Demikian artikel cara pengendalian nafsu semoga menjadi peringatan kita bersama.
Sumber : Majalah Krida. H. Soekirno, SH. Edisi 199.
Hawa Nafsu Amarah dan Akibatnya :
Imam Al Ghozali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumudin mengklasifikasikan amarah menjadi empat, yaitu :
Orang Yang Lekas Marah Tetapi Lekas Padam/Cepat Selesai Marahnya.
Orang yang lekas marah ini disebabkan oleh beberapa macam faktor diantaranya faktor keturunan/faktor lingkungan keluarga, misalnya ayah sering marah kepada istrinya sehingga anak-anak sering meniru orang tuanya sehingga kalau ia mempunyai adik akan marah juga kepada adiknya, serta faktor makan sebagai contoh makan yang pedas, yang merangasang untuk selalu marah.
Tipe orang lekas marah tetapi lekas padam ini biasanya tidak pendemdam. Yang menjadi korban adalah orang yang dimarahi dan jumlahnya banyak lebih-lebih pimpinan unit organisasi, anak buah selalu menjadi takut lebih-lebih kalau marahnya pimpinan ini dimuka umum. Sakit hati dan dendam tersebut akan selalu sulit dilupakan, walaupun pimpinan yang marah sudah lupa bahwa ia pernah marah. Akibat pimpinan yang lekas marah selain anak buah menjadi dendam juga menimbulkan sikap munafik dan sifat “ ngatok” dengan akibat yang bersangkutan akan berbuat “asal bapak senang” (ABS).
Orang Lambat Marah Tetapi Lambat Padam/Lambat Sekali.
Disini justru timbul akibat yang kebalikan pada tipe diatas.
Orang yang lambat marah lambat selesai hatinya akan selalu panas dan biasanya menimbulkan “Sentimen” yang berkepanjangan. Bagi seorang pimpinan sifat lambat marah, tapi lambat padam menimbulkan ketidak obyektifan dalam penilaian terhadap anak buah, dalam pepatah jawa “Ora kena tinindak layangane”.
Lekas Marah Tetapi Lambat Selesai.
Tipe ini adalah tipe yang paling jelek/tidak baik, sebab korbannya kedua belah pihak yaitu korban diri sendiri karena sering marah sehingga mengeluarkan energi tanpa arti. Korban kedua adalah yang dimarahi akan banyak jumlahnya. Akibat akhir pimpinan demikian, bersifat “Sentimentil” dan sering kehilangan nalar untuk menilai keobyektifan terhadap anak buah.
Lambat Marah Tetapi Cepat Selesai.
Diantara ketiga tipe marah, tipe yang terakhir inilah yang paling baik, sebab korban yang dimarahi sedikit, keculai itu tidak mempunyai sifat sentimen sehingga bisa menggunakan ratio, menilai pekerjaan anak buah menjadi objektif. Tipe ini akan selalu dihormati dan disegani, berwibawa sehingga anak buah tidak menjadi munafik, pimpinanpun tidak panas hatinya yang berkepanjangan.
Pengendalian Amarah
Pengendalian sikap amarah ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain :
Melatih Sikap Mental dan Memperdalam Agama.
Sebelum marah, seseorang atau pimpinan, sebaiknya menyelidiki apa latar belakang kesalahan anak buah atau orang lain tersebut, juga hendaknya berfikir apakah marah itu akan menyelesaikan masalah atau tidak. Bila amarah ini tidak menyelesaikan masalah sebaiknya pimpinan segera berfikir bahwa marah itu mengeluarkan energi “tersenyumpun mengeluarkan energi”.
Sama-sama mengeluarkan energi alangkah bermanfaatnya bila energi marah dipakai untuk tersenyum saja. Hendaklah selalu ingat dalam bahasa Jawa ada ungkapan “esem Bupati dupak kuli” yang artinya kalau sesuatu dapat diselesaikan dengan tersenyum, mengapa harus diselesaikan dengan menendang/marah.
Jadilah Orang Pemaaf.
Sebaiknya menusia sadar bahwa Allah yang menciptakan manusia saja mempunyai sifat pemaaf dan pengampun. Bila mana kita telusuri banyak ayat Al-Quran, dimana Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjadi pemaaf antara lain dalam surat Al Baqoroh : 235 yang mengatakan :”Allah Maha pengampun lagi penyayang ; Juga dalam surat Al-Baqoroh ayat 237 : “Dan pemaaf kami itu lebih dekat kepada taqwa”. An Nur ayat 22 : “Hendaklah merenak memaafkan dan lapang dada”.
Tehnik Pengendalian Nafsu Amarah.
Seseorang atau pimpinan yang akan marah sebaiknya segera menarik nafas yang panjang dan menyebut nama Allah disertai dengan meminum air putih, mengurangi makan-makanan yang bersifat merangsang, pedas, sebab makan pedas akan merangsang manusia untuk segera marah.
Sifat pemarah tentunya akan sangat merugikan diri sendiri karna energi hanya terkuras disamping itu pula orang disamping kita yang seharusnya kita jaga perasaan agar dalam bekerja dan berteman bertahan. Demikian artikel cara pengendalian nafsu semoga menjadi peringatan kita bersama.
Sumber : Majalah Krida. H. Soekirno, SH. Edisi 199.
0 Comments: