Kurban, sebagai ajaran yang penuh makna, Nabi lbrohim alaihi salam yang hendak berkurban anaknya lsmail alaihi salam kemudian di ganti oleh Allah SWT dengan hewan berkaki empat. Pada hakikatnya merupakan sindiran pada waktu itu, agar pelaksanaan kurban tidak membawa derita kepada manusia seperti yang telah terjadi pada masa peradaban Mesir kuno, juga yang pernah terjadi di kerajaan Aztec dan Maya, daerah Meksiko serta Goatelama Amerika tengah.
Hewan Kurban pun tidak di letakkan atau di lemparkan pada tempat sebagai penyerahan kepada 'Tuhan', melainkan di bagikan kepada manusia untuk di manfaatkan sebaik mungkin. Dengan demikian, makna kurban di samping mengandung dimensi ketuhanan juga dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan terlihat dari distribusi daging kurban kepada yang berhak. Sementara dimensi ini sendiri, tidak pernah memiliki nilai apapun di hadapan Allah SWT bila tanpa di sertai dengan landasan taqwa pada Nya.
Baca Juga : Kapan Puasa, Idul Fitri dan Idul Adha Menurut NU ???
Artinya, implementasi solidaritas sosial yang di wujudkan melalui kurban itu dalam rangka menunaikan anjuran Rasulillah SAW. Kurban diniatkan hanya mencari ridlonya, penuh keikhlasan, bukan di maksudkan mencari popularitas, ingin di puji, di sanjung ataupun di agungkan. Kurban adalah mengarah pada kemanusiaan untuk ketuhanan. Lebih dari itu, nilai pembagian daging kurban kepada manusia yang berhak jika diambil makna yang lebih dalam lagi, adalah merupakan upaya psikologis kesenjangan sosial, kaya - miskin, makmur - melarat.
Ibadah kurban sebagai wahana hubungan kemanusiaan yang di landasi oleh sense of belonging, sehingga menumbuhkan kasih sayang antar sesama. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dapat dekat dengan tuhannya bila ia mendekati saudara saudaranya yang berkekurangan. Islam tidak memerintahkan manusia untuk membunuh hewan di altar pemujaan, di dalam hutan, di tepi lautan dan di sungai, lalu dagingnya di serahkan kepada Tuhan, sebagaimana dalam upacara upacara pemujaan dalam agama agama lain.
Bila puasa mengajak anda merasakan lapar seperti orang-orang miskin, maka ibadah kurban mengajak mereka untuk merasakan kenyang seperti anda. Semoga para pemimpin kita, utamanya di kabupaten Pemalang adalah sosok pemimpin yang mau dan mampu meneladani dua sosok pribadi agung Nabi lbrohim dan putranya lsmail alaihi salam, sehingga mampu mengorbankan keserakahan, kesombongan, kekuasaan, kelicikan, kemunafikan, kesewenang wenangan serta keangkuhannya di atas kepentingan dan kemaslahatan rakyatnya.
Hal ini sejalan dengan Qoidah fiqhiyah "Tashoruful imam ala roiyah manuthun bil maslahah" (Keabsahan seorang pemimpin itu terukur dari sejauh mana ia mampu mensejahterkan rakyatnya). Selain meneladani pribadi agung kedua Nabi tersebut, Kurban juga memiliki esensi yang terletak pada individu sebagai mahluk sosial. Dengan ibadah kurban, seorang mukmin memperkuat kepekaan sosialnya, naik kelangit dengan memakmurkan bumi. (dari berbagai sumber)
Penulis: Fuad Zaenudin ( Ketua LDNU MWC NU Ampelgading)
0 Comments: