04 November 2025

Naharul Ijtima’, Cara MWCNU Ampelgading Sebagai Media Silaturahmi dan Konsolidasi

Naharul Ijtima’, Cara MWCNU Ampelgading Sebagai Media Silaturahmi dan Konsolidasi

LAZISNUBANGLARANGAN.OR.ID – Ahad (2/11/2025) Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Ampelgading, menggelar kegiatan Naharul Ijtima. Acara yang berlangsung di Masjid Baitussalam Desa Banglarangan dihadiri kurang lebih 100 dari masing-masing perwakilan ranting NU sekecamatan Ampelgading dan badan otonom. Naharul Ijtima menjadi momentum penting bagi warga NU untuk memperkuat silaturahmi dan meneguhkan semangat khidmat di Tengah Masyarakat.

BACA JUGA : Refleksi Gerakan, Rekonstruksi Kaderisasi, Menuju Komisariat yang Berdaya dan Berdaya Saing Dalam RTK PMII Komisariat ITB Adias Pemalang Ke VII

Dalam kesempatan tersebut Rois Syuriah MWC NU Ampelgading Kyai. Ahmad Hasan, membuka acara dengan menyampaikan perkuat iman dengan selalu  membiasakan diri menghatam Al-Quran dalam sehari, dengan jalur membaca surat Al-Ikhlas tiga kali. Berdasarkan hadist “Membaca Surat Al-Ikhlas 1 kali itu seperti membaca Al-Qur’an 10 Juz”.

Sementara pihak tuan rumah Ust. Agus Turmudli selaku Ketua Tanfidziyah NU Banglarangan, menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan. Dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran perwakilan ranting-ranting di kecamatan Ampelgading.

“Kedepan MWCNU berencana membuat Klinik di Tingkat kecamatan Ampelgading walau membutuhkan dana yang sangat besat tapi MWCNU Ampelgding yakin bisa dalam pembuatan klinik. Dengan cara ranting-ranting NU se Kecamatan Ampelgading ikut menggerakkan lagi program Koin NU. Ketika pengurus Lazis dirasa tidak bisa berjalan, pengurus ranting bisa mengganti dengan pengurus antar waktu karna masa jabatan Lazisnu itu mengikuti masa jabatan ditiap rantingnya” imbuh Ketua Tanfidziyah MWCNU Ampelgading Bapak Untoro, S.Sos dalam sambutannya.


Reporter : Khusdi Sulthoni (Sekretaris PRNU Desa Banglarangan)

27 Oktober 2025

Refleksi Gerakan, Rekonstruksi Kaderisasi, Menuju Komisariat yang Berdaya dan Berdaya Saing Dalam RTK PMII Komisariat ITB Adias Pemalang Ke VII

Refleksi Gerakan, Rekonstruksi Kaderisasi, Menuju Komisariat yang Berdaya dan Berdaya Saing Dalam RTK PMII Komisariat ITB Adias Pemalang Ke VII


LAZISNUBANGLARANGAN.OR.ID – Sabtu, (25/10/2025) bertempat di TPQ Attanwir Kelurahan Kebondalem Kabupaten Pemalang, menjadi saksi pergerakan sahabat-sahabat PMII Komisariat ITB Adian Pemalang. Acara tahunan Rapat Tahunan Komisariat (RTK) yang ke VII tahun 2025 yang digelar sahabat-sahabat PMII ITB Adias Pemalang dengan Tema “Refleksi Gerakan, Rekonstruksi Kaderisasi, Menuju Komisariat yang Berdaya dan Berdaya Saing”

Baca Juga : Refleksi Harlah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Ke 60

RTK yang dilaksanakan oleh sahabat-sahabat PMII Komisariat ITB Adias Pemalang serta tamu undangan yang turut memberikan apresiasi terhadap keberhasilan organisasi dalam menjaga semangat pergerakan. Acara ini juga menjadi momen penting bagi pemilihan Mandataris Ketua Komisariat masa khidmat 2025-2026.

Dalam proses pemilihan, sahabati Sakhifa Sania Magfiroh terpilih sebagai Mandataris Ketua Komisariat PMII ITB Adian Pemalang masa khidmat 2025-2026, menggantikan Ketua Demisioner Sahabat Hafiz Maulana Ramadhan masa khidmat 2024-2025. Semoga dalam mengemban amanah baru, tumbuh semangat baru untuk menjalankan tugas-tugas organisasi yang lebih baik dan progresif.




26 Oktober 2025

Tes Wawancara Penerimaan Perangkat Desa

Tes Wawancara Penerimaan Perangkat Desa



Tes Wawancara meliputi :

1.  Idiologi Kebangsaan

Sila-sila Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyataan Yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


2.  Wawasan Kebangsaan

Wawasan berasal dari kata mawas dalam bahasa Jawa yang bermakna memandang atau melihat. Sedangkan wawasan kebangsaan memiliki pengertian sudut pandang seseorang menenai diri dan tanah air sebagai negagra kepulauan dan sikap bangsa Indonesia pada diri sendiri dan lingkungan dengan mengutamakan persatuandan kesatuan wilayah dalam penyelenggaran hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.


3.  4 Pilar Kebangsaan (PBNU)

a.  Pancasila

b.  Bhineka Tunggal Ika

c.  NKRI

d.  UUD 1945


Baca Juga : Cara Budidaya Ikan Lele


4.  Motivasi Mendaftar

Mengabdi untuk Desa setempat


5.  Pengetahuan Pemerintahan Desa

Terletak disebelah utara desa Ujunggede dan sebelah selatan desa Kebagusan,

Jumlah RW 10 dan 3 Dukuh, Pagilaran, Jaringarang dan Sigilagah (khusus dukuh siglagah mempunyai Forum Pemuda FORDASI (Forum Pemuda Pemudi Siglagah)

Lembaga-Lembaga Desa

1.  BPD

2.  LPMD

3.  PEMBINAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK)

4.  KARANG TARUNA


6.  Rencana Kerja apabila menjadi Perangkat Desa (Dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, pasal 4 ayat 3)

a.  Melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.

b.  Meneruskan pelaksanaan pembangunan di wilayahnya

c. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya dalam hal ini RT RW

d. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, meng sk kan RT RW, Pelatihan-pelatihan semisal menjahit dll

12 Oktober 2025

JAS HIJAU ( Jangan Sekali - Kali Hilangkan Jasa Ulama NU)

JAS HIJAU ( Jangan Sekali - Kali Hilangkan Jasa Ulama NU)


17 Agustus 1945

Siaran berita Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Surabaya dan kota-kota lain di Jawa, membawa situasi revolusioner. Tanpa komando, rakyat berinisiatif mengambil-alih berbagai kantor dan instalasi dari penguasaan Jepang.

31 Agustus 1945

Belanda mengajukan permintaan kepada pimpinan Surabaya untuk mengibarkan bendera Tri-Warna untuk merayakan hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina Armgard.

17 September 1945

Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan sebuah Fatwa Jihad yang berisikan Ijtihad bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fi sabilillah. Fatwa ini merupakan bentuk penjelasan atas pertanyaan Presiden Soekarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam.

Baca Juga : Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari

19 September 1945

Terjadi insiden tembak menembak di Hotel Oranje antara pasukan Belanda dan para pejuang Hizbullah Surabaya. Seorang kader Pemuda Ansor bernama Cak Asy’ari menaiki tiang bendera dan merobek warna biru, sehingga hanya tertinggal Merah Putih.

23-24 September 1945

Terjadi perebutan dan pengambilalihan senjata dari markas dan gudang-gudang senjata Jepang oleh laskar-laskar rakyat, termasuk Hizbullah.

25 September 1945

Bersamaan dengan situasi Surabaya yang makin mencekam, Laskar Hizbullah Surabaya dipimpin KH Abdunnafik melakukan konsolidasi dan menyusun struktur organisasi. Dibentuk cabang-cabang Hizbullah Surabaya dengan anggota antara lain dari unsur Pemuda Ansor dan Hizbul Wathan. Diputuskan pimpinan Hizbullah Surabaya Tengah (Hussaini Tiway dan Moh. Muhajir), Surabaya Barat (Damiri Ichsan dan A. Hamid Has), Surabaya Selatan (Mas Ahmad, Syafi’i, dan Abid Shaleh), Surabaya Timur (Mustakim Zain, Abdul Manan, dan Achyat).

5 Oktober 1945

Pemerintah pusat membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Para pejuang eks PETA, eks KNIL, Heiho, Kaigun, Hizbullah, Barisan Pelopor, dan para pemuda lainnya diminta mendaftar sebagai anggota TKR melalui kantor-kantor BKR setempat.

15-20 Oktober 1945

Meletus pertempuran lima hari di Semarang antara sisa pasukan Jepang yang belum menyerah dengan para pejuang.

21-22 Oktober 1945

PBNU menggelar rapat konsul NU se-Jawa dan Madura. Rapat digelar di Kantor Hofdsbestuur Nahdlatul Ulama di Jalan Bubutan VI No 2 Surabaya. Di tempat inilah setelah membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Di akhir pertemuan pada tanggal 22 Oktober 1945 PBNU akhirnya mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad sekaligus menguatkan fatwa jihad Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

25 Oktober 1945

Sekitar 6.000 pasukan Inggris yang tergabung dalam Brigade ke-49 Divisi ke-26 India mendarat di Surabaya. Pasukan ini dipimpin Brigjend AWS. Mallaby. Pasukan ini diboncengi NICA (Netherlands-Indies Civil Administration).

26 Oktober 1945

Terjadi perundingan lanjutan mengenai genjatan senjata antara pihak Surabaya dan pasukan Sekutu. Hadir dalam perundingan itu dari pihak Sekutu Brigjend Mallaby dan jajarannya, dari pihak Surabaya diwakili Sudirman, Dul Arnowo, Radjamin Nasution (Walikota Surabaya) dan Muhammad.

27 Oktober 1945

Mayjen DC.Hawtorn bertindak sebagai Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk Jawa, Madura, Bali dan Lombok menyebarkan pamflet melalui udara menegaskan kekuasaan Inggris di Surabaya, dan pelarangan memegang senjata selain bagi mereka yang menjadi pasukan Inggris. Jika ada yang memegangnya, dalam pamflet tersebut disebutkan bahwa Inggris memiliki alasan untuk menembaknya. Laskar Hizbullah dan para pejuang Surabaya marah dan langsung bersatu menyerang Inggris. Pasukan Inggris pun balik menyerang, dan terjadi pertempuran di Penjara Kalisosok yang ketika itu berada dalam penjagaaan pejuang Surabaya.

Baca Juga : Naharul Ijtima Mempertemukan Warga Kultural dan Struktural Nadhiliyin

28 Oktober 1945

Laskar Hizbullah dan Pejuang Surabaya lainnya berbekal senjata rampasan dari Jepang, bambu runcing, dan clurit, melakukan serangan frontal terhadap pos-pos dan markas Pasukan Inggris. Inggris kewalahan menghadapi gelombang kemarahan pasukan rakyat dan massa yang semakin menjadi-jadi.

29 Oktober 1945

Terjadi baku tembak terbuka dan peperangan massal di sudut-sudut Kota Surabaya. Pasukan Laskar Hizbullah Surabaya Selatan mengepung pasukan Inggris yang ada di gedung HBS, BPM, Stasiun Kereta Api SS, dan Kantor Kawedanan. Kesatuan Hizbullah dari Sepanjang bersama TKR dan Pemuda Rakyat Indonesia (PRI) menggempur pasukan Inggris yang ada di Stasiun Kereta Api Trem OJS Joyoboyo.

29 Oktober 1945

Perwira Inggris Kolonel Cruickshank menyatakan pihaknya telah terkepung. Mayjen Hawtorn dari Brigade ke-49 menelpon dan meminta Presiden Soekarno agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pertempuran. Hari itu juga, dengan sebuah perjanjian, Presiden Soekarno didampingi Wapres Mohammad Hatta terbang ke Surabaya dan langsung turun ke jalan-jalan meredakan situasi perang.

30 Oktober 1945

Genjatan senjata dicapai kedua pihak, Laskar arek-arek Surabaya dan pasukan Sekutu-Inggris. Disepakati diadakan pertukaran tawanan, pasukan Inggris mundur ke Pelabuhan Tanjung Perak dan Darmo (kamp Interniran), dan mengakui eksistensi Republik Indonesia.

30 Oktober 1945

Sore hari usai kesepakatan genjatan senjata, rombongan Biro Kontak Inggris menuju ke Gedung Internatio yang terletak disaping Jembatan Merah. Namun sekelompok pemuda Surabaya menolak penempatan pasukan Inggris di gedung tersebut. Mereka meminta pasukan Inggris kembali ke Tanjung Perak sesuai kesepakatan genjatan senjata. Hingga akhirnya terjadi ketegangan yang menyulut baku tembak. Di tempat ini secara mengejutkan Brigjen Mallaby tertembak dan mobilnya terbakar.

31 Oktober 1945

Panglima AFNEI Letjen Philip Christison mengeluarkan ancaman dan ultimatum jika para pelaku serangan yang menewaskan Brigjen Mallaby tidak menyerahkan diri maka pihaknya akan mengerahkan seluruh kekuatan militer darat, udara, dan laut untuk membumihanguskan Surabaya.

7-8 November 1945

Kongres Umat Islam di Yogyakarta mengukuhkan Resolusi Jihad Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai kebulatan sikap merespon makin gentingnya keadaan pasca ultimatum AFNEI.

9 November 1945

Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai komando tertinggi Laskar Hizbullah menginstruksikan Laskar Hizbullah dari berbagai penjuru memasuki Surabaya untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH Abbas Buntet Cirebon diperintahkan memimpin langsung komando pertempuran. Para komandan resimen yang turut membantu Kiai Abbas antara lain Kiai Wahab (KH. Abd. Wahab Hasbullah), Bung Tomo (Sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH. Mas Mansur), dan Cak Arnowo (Doel Arnowo).Bung Tomo melalui pidatonya yang disiarkan radio membakar semangat para pejuang dengan pekik takbirnya untuk bersiap syahid di jalan Allah SWT.

10 November 1945

Pertempuran kembali meluas menyambut berakhirnya ultimatum AFNEI. Inggris mengerahkan 24.000 pasukan dari Divisi ke-5 dengan persenjataan meliputi 21 tank Sherman dan 24 pesawat tempur dari Jakarta untuk mendukung pasukan mereka di Surabaya. Perang besar pun pecah. Ribuan pejuang syahid. Pasukan Kiai Abbas berhasil memaksa pasukan Inggris kocar-kacir dan berhasil menembak jatuh tiga pesawat tempur RAF Inggris. 

Semua itu dikarenakan seruan Resolusi Jihad NU 22 oktober 1945. Tanpa Resolusi Jihad NU, tidak akan ada perang tiga hari di Surabaya, yang kemudian berlanjut ke peristiwa 10 Nopember 1945. Meski pada akhirnya kota Surabaya jatuh ke tangan inggris, namun semangat perlawanan sengit tersebut telah menginspirasi perlawanan serupa disejumlah daerah, antara lain di jakarta, semarang dan riau pada 18 nopember, di ambarawa tanggal 21 nopember, di bandung dan medan 6 desember dan ujungnya pengakuan dunia internasional terhadap eksistensi NKRI.

Dan akhirnya 22 oktober di tetapkan sebagai Hari Santri Nasional berdasar Keppres 22 tahun, 15 oktober  2015


#dari berbagai sumber 


By LD MWC NU Ampelgading


04 Oktober 2025

Pimpinan Ansor Ampelgading Salurkan Donasi Korban Kebakaran

Pimpinan Ansor Ampelgading Salurkan Donasi Korban Kebakaran


LAZISNUBANGLARANGAN.OR.ID – Jum’at (03/10/2025) segenap pimpinan anak cabang Gerakan Pemuda Ansor kecamatan Ampelgading bertandang kelokasi kebakaran. Seperti yang sudah diketahui kebakaran menimpa rumah Bapak Nur Huda dan Ibu Nur Aqidah warga desa Jatirejo RT 03 RW 06 kecamatan Ampelgading. 

Baca Juga : Melihat Pancasila dengan Kacamata NU ( Refleksi Hari Kesaktian Pancasila )

Ditemani Kasatkoryon Banser dan sejumlah pengurus lainnya, sahabat Ketua menyampaikan  “Bantuan ini berasal dari sahabat-sahabat Ansor Banser di lingkungan Kecamatan Ampelgading. Walaupun tidak banyak, semoga dapat bermanfaat” tutur Sa’ban selaku Ketua PAC.

Penyaluran bantuan kemanusiaan ini merupakan satu di antara program Ansor Banser dalam hal kepedulian secara umum. Kebakaran yang menyisakan tembok bangunan dan menghabiskan seluruh isi rumah termasuk sepeda motor, mesin jahit serta dokumen-dokumen penting laiinya. 

Menurut korban sumber kebakaran berasal dari dapur dan merambat hingga begitu cepat dalam kurun waktu 15 menit menghanguskan seisi rumah. Bapak Nur Huda serta Ibu  Nur Aqidah menyampaikan rasa terimakasih atas kepedulian Ansor Banser, semoga Allah SWT melipat gandakan rezeki sahabat-sahabat Ansor Banser.